Arkeolog UI

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Monday, December 26, 2016

BAB I

ADA APA DENGAN TAS

     A. TAS SAHABAT KITA

Kita semua akan sependapat bahwa tas adalah sahabat kita. Secara tidak langsung,     sesungguhnya telah terjadi jalinan “persahabatan” antara kita dan tas. Seperti yang dinyatakan oleh Santrock (1998) bahwa salah satu dari enam fungsi penting persahabatan adalah Companionship, sebagai kawan atau pendamping. Ya, tas selalu mendampingi kita dalam hampir sebagian besar kegiatan kita.

Coba kita ingat, saat hendak bepergian baik jauh maupun dekat, lama maupun sebentar. Ataupun pergi bekerja, jalan-jalan, belanja, ataupun sekedar hangout. Rasanya belum afdol jika kita tidak membawa tas bukan?. Itu menunjukkan betapa tas telah menjadi salah satu kebutuhan yang tidak bisa kita abaikan begitu saja. Bahkan terkadang, tas bisa meningkatkan prestise kita. Ini biasanya dilakukan oleh orang-orang yang rela merogoh koceknya lebih dalam, untuk membeli sebuah tas. Tas dengan merk terkenal, artikel terentu, apalagi jika barangnya termasuk kategori Limited Edition, wow..!!

Apapun jenis dan merk tas yang kita pakai, sejatinya fungsi utama tas adalah untuk membawa benda-benda yang kita butuhkan. Mulai dari benda penting, yakni dompet yang berisi uang, KTP, SIM, ATM, Credit Card. Juga perlengkapan pribadi seperti kunci, sisir, bedak, lipstick, parfum sampai dengan yang nampak remeh seperti tusuk gisi, kipas, tissue dan lain sebagainya. Dengan kata lain, tas lah yang menyimpan semua “rahasia pribadi” kita. 

Tapi banyak orang yang tidak tahu bagaimana “sejarah sahabat kita ini”. Bagaimana masa lalunya? Kapan dan dimanakah dia terlahir? Apakah sejak dulu bentuknya sudah keren seperti sekarang ini? Bagaimanakah “gaya”nya dari masa-kemasa? Baiknya kita kenali dulu yuuk sejarah singkat tas ini, karena kata Orang bijak, “tak kenal maka tak sayang” lhooo..

B. SEJARAH SINGKAT TAS

Kapan tepatnya tas lahir? Hingga kini belum ada penelitian yang menjawab hal ini secara pasti. TapI jika melihat bukti-bukti peninggalan arkeologi, tas diduga sudah ada sejak jaman prasejarah. Dimana manusia pra sejarah membawa benda-benda dengan “tas” yang dibuat dari kulit kayu ataupun kulit binatang. 
Tas tertua di dunia, ditemukan oleh para Arkeoplog di Jerman, diperkirakan dari zaman Batu. Tas yang ditemukan dalam kondisi tidak utuh itu, meiliki hiasan unik, bukan manik-manil atau batu berwarna, melainkan hiasan gigi anjing yang tersusun rapi. Didiuga berasal dari masa 2500 sampai dengan 2200 M.


Sumber Foto : http://nationalgeographic.co.id/berita/2012/06

Salah satu tradisi pembuatan tas dengan kulit kayu yang masih “hidup” hingga sekarang adalah Noken. Noken adalah tas yang dibuat oleh para Mama Papua dari kulit kayu. Cara membawanya sangat unik, bukan dijinjing atau di slempang di kepala, tapi diletakan di atas kepala. Para Mama Papua ini sanggup membawa hingga lima Noken di kepalanya. Bahkan karena keunikan dan Nilai Luar Biasa (Outstanding Value) yang di miliki Noken, maka pada tanggal  4 desember 2012, Noken ditetapkan sebagai Warisan Kebudayaan Tak Benda UNESCO.



Sedangkan di Mesir, Peradabannya telah berkembang mulai dari 4000 SM juga telah menggunakan peralatan seperti halnya tas. Didalam hieroglif Mesir menunjukkan bahwa manusia mesir kuno memiliki kantong yang diletakkan di sekitar pinggang. Tas ini disebut "girdle" yang diikatkan ke pinggang. Bordir dan hiasan yang menghiasi tas menunjukkan status sosial sang pemakai, semakin kaya maka bordir dan hiasan juga akan semakin rumit.


Sumber Foto: http://www.ebay.com/itm/Ancient-Egyptian-History

Di China, abad ke 7-8 M, MASA Dinasti tang, bahan tas terbuat dari kertas. Ini digunakan untuk membungkus bahan-bahan atau obat yang berbentuk serbuk. Juga untuk menyimpan benda halus seperti bubuk teh atau benda ringan lainnya.

Sumber foto: https://es.pinterest.com/pin/201043570836469668

Selanjutnya sejarah mencatat pada abad ke-14 bahan tas sudah terbuat dari bahan kain, vynil dan kulit sintetis. Pada masa ini rata-rata tas memiliki tali yang panjang serta digantungkan pada korset. Kaum perempuan pada abad itu menyukai gaya tali yang disebut "tasques atau “hamondeys (Foster 1982). Tas ini menjadi semacam penanda status sosial seseorang. Pemakai membawa barang berharga di korset mereka, seperti rosario, kitab, jam, pomanders (jeruk wangi), chatelaines (gesper rantai untuk menggantung kunci, gunting dll),bahkan belati (Wilcox 1999).

    Sumber foto: qsacks.files.wordpress.com/2014/11/wpid

Pada abad ke-15, The Seal Bag yang dibuat untuk  the Lord Chancellor, seorang senior dan orang penting di pemerintahan UK saat itu, menjadi tas yang paling terkenal dan penting pada saat itu.

   Sumber Foto: qsacks.wordpress.com/2015/10/13/tas-dan-sejarahnya

Pada abad ke -16 dibuat handbag dari kulit untuk keperluan sehari-hari ditambah kancing pengikat di bagian atasnya. Pada abad ini, tas travel diciptakan lebih besar dari biasanya yg dibuat dalam posisi menyilang untuk travelling.


Sumber Foto: Google (anonym)

Pada abad ke-17 model tas sudah mulai bervariasi, yang terkenal pada masa itu tas terbuat dari sulaman yg cantik yg digunakan untuk berbagai kesempatan seperti untuk pernikahan.


Sumber Foto : rachelclarissa.wordpress.com

Pada abad ke-18 seiring penemuan kereta uap & perkembangan tren busana neo-classical fungsi tas lebih berkembang sebagai pembawa barang juga membawa aksesoris kecantikan bagi para wanita. Abad ini juga ditemukan koper yang digunakan untuk berpergian. 

Pada abad ke-19 penggunaan kata handbag mulai ditunjukkan pada tas yang dibawa dengan cara dijinjing & biasanya dibawa oleh pria. Handbag ini jadi cikal bakal & inspirasi untuk tas yang akhirnya populer dikalangan wanita. tepat tahun1920, menunjukkan revolusi tas dunia fashion, dimana penggunaan tas tidak harus sesuai dng pakaian yg dipakai.

Sejatinya perubahan bentuk tas tidak terjadi secara bersamaan di seluruh dunia. Bahkan pada tahun 1900-1930 pelajar masih menggunakan  tas yang hanya berupa tali/gesper, dan hanya bisa membawa sedikit buku pelajaran.

Sumber Foto: Illustrations by L.A. Johnson.


Namun tak bisa dipungkiri bahwa sejak abad ke-20 ini lah mulai terjadi “Evolusi Tas”, dimana perkembangan bentuk tas sangat cepat dan juga mendunia. Mulai bermunculan desainer tas yang sangat terkenal karyanya hingga sekarang. Desain rumah mode, seperti Chanel, Louis Vuitton dan Hermes makin berkembang. Berbagai model tas diciptakan, seperti ransel, slingbag, handbag, tote bag dan lain sebagainya.












Thursday, December 22, 2016

Mind Mapping


Tas Cermin Kepribadian

Bab 1. Pendahuluan: Ada apa dengan tas?

Bab 2. Tas Secara Umum

Bab 3. Kepribadian Manusia

Bab 4  Korelasi antara Tas dan Kepribadian

Bab 5. Penutup : Kesimpulan dan Saran


#Tugas KMO 2
# Batch 08B kelompok 1
#Endah Marjoen

Thursday, December 15, 2016

PERJALANAN KE SIAK (Part 4)

Aneka ragam keindahan di Siak..





PERJALANAN KE SIAK (Part 3)

Salah satu keunikan yang ada di Siak adalah Kota Tua. Daerah ini adalah pecinan, terlihat dari arsitektur dan bangunannya yang di cat warna merah. Pemukiman ini dibangun pada penghujung abad ke-19. Selain pemukiman dan tempat usaha, juga ada bangunan klenteng yang indah. Hingga saat ini masih digunakan sebagai tempat beribadah pemeluk agama Buddha yang umumnya keturunan Tionghoa. Nama klentengnya adalah Hok Siu Kiong.

Di dekat Kota Tua itu, dibangun turap yang indah sepanjang 471 m. Sejalan dengan konsep kota Siak sebagai "Water Front City", maka pesona sunset sambil minum di kedai kopi atau berjalan-jalan sepanjang turap, menjadi kegiatan yang mengasikan. Di malam hari, dihiasi kerlingan warna lampu dan sinar bulan, membuat suasana di sepanjang turap menjadi lebih romantis..


                                                              Klenteng Hok Siu Kiong

Turap 






Wednesday, December 14, 2016

PERJALANAN KE SIAK (Part 2)

Lanjuut yuuk, kita berkeliling kota Siak..
Ada satu bangunan yang memiliki keunikan tersendiri. Namanya Balai Kerapatan Siak, atau di sebut juga Balairung Sri. Sesuai dengan namanya, dahulu gedung ini adalah tempat dilaksanakannnya persidangan terhadap seorang tersangka. Tersangka akan naik ke lantai dua untuk di sidang. Sedangkan pengunjung menunggu hasil persidangan di luar gedung tersebut. Meskipun tidak mengikuti jalannya persidangan dan tidak ada pengumuman, pengunjung akan segera tahu, apakah tersangka tersebut diputuskan bersalah atau tidak bersalah. Kok bisa yaa?

Ternyata, bangunan ini memiliki dua jenis tangga yang berbeda, terletak di dua sisi yang berbeda pula. Tangga yang indah, terbuat dari besi yang berukir indah, terletak di sisi kanan gedung. Sedangkan di sisi kiri gedung, ada tangga kayu yang sederhana. Nah, jika tersangka keluar dari tangga yan bagus, di sisi kanan, artinya orang tersebut tidak bersalah. Dan sebaliknya, jika keluar dari tangga kayu sederhana, di sisi kiri, berarti orang tersebut diputuskan bersalah.
Unik bukan? :)


Balai Kerapatan Tinggi
Tampak depan (Dok. Pribadi)


Ruang Persidangan di Lantai 2


Tempat Pimpinan Sidang




Tangga Besi 


Sunday, November 13, 2016

PERJALANAN KE SIAK (Part 1)

                                               
Sebelumnya kawasan ini merupakan bagian dari Kesultanan Siak Sri Inderapura. Di awal kemerdekaan Indonesia, Sultan Syarif Kasim II, merupakan Sultan Siak terakhir menyatakan kerajaannya bergabung dengan negara Republik Indonesia. Kemudian wilayah ini menjadi wilayah Kewedanan Siak di bawah Kabupaten Bengkalis yang kemudian berubah status menjadi Kecamatan Siak. Pada tahun 1999 berdasarkan UU No. 53 Tahun 1999, meningkat statusnya menjadi Kabupaten Siak dengan ibukotanya Siak Sri Indrapura.

Secara geografis Kabupaten Siak terletak pada koordinat 10 16’ 30” — 00 20’ 49” Lintang Utara dan 100 54’ 21” 102° 10’ 59” Bujur Timur. Secara fisik geografls memiliki kawasan pesisir pantai yang berhampiran dengan sejumlah negara tetangga dan masuk kedalam daerah segitiga pertumbuhan (growth triangle) Indonesia - Malaysia - Singapura.(Wikipedia)

Banyak peninggalan budaya di Siak yang menunjukkan kejayaan kerajaan Siak Sri Inderapura di masa lalu. Salah satunya adalah cagar budaya Istana Siak. Istana Siak Sri Indrapura merupakan kediaman resmi Sultan Siak yang mulai dibangun pada tahun 1889, yaitu pada masa pemerintahan Sultan Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin (1889-1908). Dibangun oleh seorang arsitek Jerman yang bernama Van de Morte dengan gaya campuran arsitektur kolonial dan Timur Tengah. 

Istana ini berbentuk segi empat bersilang dengan konstruksi dua lantai, yang mengadopsi arsitek Eropa dan Arab Melayu. Pada setiap sudut Istana diperkuat dengan struktur tiang berbentuk bulat, pada setiap puncaknya dihiasi dengan patung burung elang. Pintu dan jendela berbentuk kubah dihiasi mozaik kaca dengan desain arab.

Lantai dasar terdiri dari enam ruangan yang merupakan display dari kegiatan kerajaan di masa lalu, yakni tempat menerima tamu kerajaan, diorama ruangan sidang, dan koleksi benda-benda milik kerajaan.


Istana Siak (Tampak Depan)

Diorama Ruang Sidang


Ruang Jamuan













Lantai dua terdiri dari Sembilan ruangan yang dulu berfungsi sebagai tempat peristirahatan Sultan dan tamu-tamu kerajaan ( konon raja sendiri mendiami bangunan di sisi kanan luar Istana, yang sekarang dijadikan sebagai toko cendera mata). Dan untuk display foto-foto dan koleksi benda-benda milik kerajaan.



Friday, May 6, 2016

Tabot, Indahnya Harmonisasi Kultural

Sumber Foto: JKPI & Indonesia Travel

Selama 300 tahun, pada tanggal 1-10 Muharam, masyarakat Bengkulu selalu melaksanakan upacara Tabot. Upacara ini digelar untuk mengenang kisah kepahlawanan dan gugurnya cucu Nabi Muhammad SAW, Husein bin Ali bin Abi Thalib dalam peperangan di padang Karbala, Irak (10 Muharam 681 M). Menariknya, meskipun Tabot berasal dari ajaran Syiah, tapi di sini Tabot bisa diterima oleh semua kalangan dan diselenggarakan setiap tahun. Masyarakat yang bukan penganut Syiah tidak pernah menunjukan penolakan pada Tabot. Bahkan pernah sekali waktu, masyarakat Bengkulu tidak melaksanakan Upacara Tabot. Alhasil, hampir seluruh penduduk terkena penyakit cacar. Mereka mempercayai, bahwa tidak dilaksanakannya upacara Tabot menyebabkan kemarahan arwah leluhur”. Kondisi ini terjadi karena adanya kekuatan local genius dari masyarakat asli yang "merubah" Tabot menjadi bagian dari tradisi dan identitas budaya mereka.

Penamaan Tabot sendiri memiliki berbagai versi. Salah satunya adalah, saat jasad Husein yang sudah tidak berkepala dan bertangan itu ditemukan oleh para pengikutnya, tiba-tiba turunlah bangunan aneh yang sangat indah, lalu mengangkat tubuh Husein. Para pengikut Husein yang sangat menyayangi pemimpin mereka ikut bergelantungan pada bangunan indah yang terbang itu, dan pada saat itu terdengar suara yang berkata : Kalau kamu sayang kepada Hussain, buatlah bangunan berbentuk indah ini setiap sepuluh hari dalam bulan Muharram guna mengenang para syuhada yang gugur di Padang Karbala”. Bangunan indah yang membawa jenazah Hussain itu kemudian disebut Tabut (Tabot dalam dialek bahasa Bengkulu). Dalam bahasa Arab artinya kotak atau peti. Dan sejak saat itu Upacara Tabot dilaksanakan setiap tahun selama 10 hari dalam bulan Muharram. Di Indonesia, tepatnya di Bengkulu, tokoh yang pertama kali melaksanakan upacara Tabot adalah Imam Senggolo (Syekh Burhanudin), penganut ajaran Islam Syi'ah, yang berasal dari India (1685 M). Kemudian dia menikah dengan wanita asli Bengkulu. Keturunan mereka di sebut sebagai keluarga Tabot atau orang Sipai. Mereka inilah yang selalu menyelenggarakan upacara Tabot.

Selain sarat dengan makna religis, Tabot juga menyimpan nilai-nilai kehidupan sosial. Nampak dari prosesi yang dilakukan. Mulai dari proses “mengambil tanah”, yang dimaknai bahwa manusia berasal dari tanah dan kelak akan kembali ke tanah. Doa yang dilafazkan dan sesajen yang dipersiapkan, merupakan bentuk rasa terimakasih kepada Tuhan dan juga para leluhur.

Kemudian Menjara artinya berkunjung ke kelompok lain untuk melakukan pertandingan dol (bedug). Tanggal 6 dan 7 Muharam kelompok Tabot Bangsal dan Tabot Berkas, saling mengunjungi secara bergantian. Sehingga terjadi hubungan silaturahmi yang baik antar kelompok.

Dalam pelaksanaan upacara Tabot pun tidak sepenuhnya mengikuti ritual asalnya, tapi sudah bercampur dengan tradisi lokal. Seperti adanya pembuatan sesajen, yang merupakan kebiasaan nenek moyang dalam persembahannya kepada arwah leluhur. Azas gotong royong dan kekeluargaan tercermin dalam pembuatan 17 Tabot beserta semua perlengkapannya, dan saling mengunjungi untuk bersilaturahmi. Dan yang utama, dalam upacara Tabot tidak ada ritual kekerasan yang melukai diri sendiri (berbeda dengan negeri asalnya, India). Tabot mengikuti falsafah hidup masyarakat Bengkulu yang menjunjung tinggi nilai perdamaian.

Selain di Bengkulu, daerah lain yang masih melaksana upacara semacam Tabot adalah Pariaman, Sumatera Barat. Dengan sebutan Tabuik. Di daerah ini Tabuik konon sudah dikenal sejak tahun 1831 M yang dibawa oleh tentara Inggris asal Sepoy atau Cipei (India). Bila di Bengkulu ada 17 Tabot (disesuaikan dengan jumlah keluarga Tabot perintis), di Pariaman hanya ada 2 Tabuik yang melambangkan peti jenazah Hasan ra dan Husein ra, cucu Nabi Muhammad SAW. Dan melengkapi unsur islaminya, sebelum upacara Tabuik dilakukan dzikir bersama dan tausiyah. Perbedaan pelaksanaan upacara Tabot dan Tabuik semata-mata karena proses akulturasi dan asimilasi terhadap tradisi lokal yang ada.

Untuk menjaga kelestarian Tabot dan Tabuik, saat ini pemerintah daerah menyelenggarakannya sebagai kegiatan wisata rutin tahunan. Bengkulu dengan Festival Tabot. Pariaman dengan Pesta Budaya Tabuik. Namun dalam pelaksanaannya, sejogjanya festival tersebut tidak hanya sekedar untuk meningkatkan pariwisata daerah, tanpa memaknai nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Jika demikian adanya, Tabot dan Tabuik hanya akan menjadi peristiwa keramaian belaka. Padahal dari Tradisi Tabot dan Tabuik, kita bisa belajar bahwa setiap perbedaan dapat menjadi indah jika terjadi saling penyesuaian, tanpa harus ada yang tersisihkan. Sehingga, keberagaman budaya bisa menjadi kesatuan utuh yang harmonis.

Pernah diterbitkan di Majalah WarisanKita

Wednesday, April 27, 2016

Lapas Ciamis













Tuesday, April 26, 2016

Situs Astana Gede, Kawali, Ciamis