Arkeolog UI

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Thursday, March 24, 2016

Batik Tiga Negeri "Harmonisasi Tiga Budaya"


Batik Tiga Negeri adalah salah satu motif masterpiece dalam tradisi membatik di Indonesia. Sesuai dengan namanya, keunikan batik ini adalah pewarnaannya tidak dilakukan di satu tempat saja, tapi dilakukan di tiga wilayah yang berbeda (pada jaman kolonial di sebut negeri). Sehingga pada sehelai kain batik Tiga Negeri selalu terdapat tiga warna utama, yaitu merah, biru, dan  sogan (kecoklatan). 


Untuk warna merah, identik dengan etnis tionghoa, pewarnaannya di lakukan di wilayah Lasem, kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Warna merah darah ayam (getih pithik) memag telah menjadi ciri khusus batik Lasem. Warna ini terwarisi secara tutun temurun. Karena hingga saat ini wilayah Lasem memang paling banyak dihuni oleh etnis tionghoa dengan ciri khas warna merah disetiap perayaan dan busananya. 


Kemudian untuk memperoleh warna biru, yang mewakili bangsa Eropa, dilakukan di Pekalongan. Batik Pekalongan mempunyai nilai historis yang berkaitan dengan sejarah pada jaman kolonial Belanda. Dimana pada saat pergolakan antara Belanda dan Panembahan Senopati menimbulkan perpecahan di sekitar kraton Yogyakarta. Dan di dalam keluarga keratton juga terjadi sedikit terpecah. 


Sedangkan untuk mendapatkan warna sogan dan coklat yang merupakan representasi dari warga pribumi, dalam hal ini masyarakat Jawa, pewarnaannya di Solo. Warna sogan berasal dari proses pewarnaannya yang menggunakan batang kayu pohon soga, tumbuhan dari keluarga papilionaceae. 

Proses pewarnaan batik di tiga tempat yang berbeda tersebut dilakukan karena para pembatik meyakini bahwa air mineral yang terkandung di masing-masing daerah tersebut yang menyebabkan pewarnaannya bisa menjadi sempurna. Hal tersebut yang membuat batik Tiga Negeri banyak diminati orang dan harganya juga mahal.

Dan jika dilihat dari segi sosial budaya, Batik Tiga Negeri merupakan bentuk nyata dari akulturasi tiga budaya di Indonesia, yaitu Tionghoa, Eropa dan Jawa. Juga gabungan antara batik Pesisir (Lasem dan Pekalongan) dengan batik keraton (Solo). Karena memang sejatinya, seni adalah salah satu alat pemersatu dari berbagai perbedaan yang ada di muka bumi ini. Demikian juga halnya dengan Batik Tiga Negeri ini.

Wednesday, March 23, 2016

Batik Truntum "Mengharap Cinta Kembali"


Jika pasangan kita mulai berpaling ke lain hati, tentu akan membuat hati menjadi gundah gulana. Begitu juga yang terjadi pada Kanjeng Ratu Kencana (permaisuri Sunan Paku Buwana III). Sang Ratu yang selama ini dicintai dan dimanja oleh raja, merasa dilupakan dan diabaikan oleh sang raja yang telah mempunyai kekasih baru.


Untuk mengisi waktu dan menghilangkan kesedihan, ratu pun mulai membatik. Secara tidak sadar ratu membuat motif berbentuk bintang-bintang di langit yang kelam, yang selama ini menemaninya dalam kesendirian. Ketekunan ratu dalam membatik menarik perhatian raja yang kemudian mulai mendekati ratu untuk melihat pembatikannya. Sejak itu raja selalu memantau perkembangan pembatikan Sang Ratu, sedikit demi sedikit kasih sayang raja terhadap ratu tumbuh kembali. Berkat motif ini cinta raja bersemi kembali atau tum-tum kembali, sehingga motif ini diberi nama Taruntum, sebagai lambang cinta raja yang bersemi kembali.


Motif ini sering dinyatakan sebagai simbol cinta yang tulus tanpa syarat,abadi dan semakin lama terasa semakin subur berkembang (tumaruntum). Karena maknanya tersebut, kain motif truntum biasanya dipakai oleh orang tua pengantin pada hari pernikahan. Harapannya adalah agar cinta kasih yang tumaruntum ini akan menghinggapi kedua mempelai. Kadang dimaknai pula bahwa orang tua berkewajiban untuk “menuntun” kedua mempelai untuk memasuki kehidupan baru.