Arkeolog UI

Sunday, November 13, 2016

PERJALANAN KE SIAK (Part 1)

                                               
Sebelumnya kawasan ini merupakan bagian dari Kesultanan Siak Sri Inderapura. Di awal kemerdekaan Indonesia, Sultan Syarif Kasim II, merupakan Sultan Siak terakhir menyatakan kerajaannya bergabung dengan negara Republik Indonesia. Kemudian wilayah ini menjadi wilayah Kewedanan Siak di bawah Kabupaten Bengkalis yang kemudian berubah status menjadi Kecamatan Siak. Pada tahun 1999 berdasarkan UU No. 53 Tahun 1999, meningkat statusnya menjadi Kabupaten Siak dengan ibukotanya Siak Sri Indrapura.

Secara geografis Kabupaten Siak terletak pada koordinat 10 16’ 30” — 00 20’ 49” Lintang Utara dan 100 54’ 21” 102° 10’ 59” Bujur Timur. Secara fisik geografls memiliki kawasan pesisir pantai yang berhampiran dengan sejumlah negara tetangga dan masuk kedalam daerah segitiga pertumbuhan (growth triangle) Indonesia - Malaysia - Singapura.(Wikipedia)

Banyak peninggalan budaya di Siak yang menunjukkan kejayaan kerajaan Siak Sri Inderapura di masa lalu. Salah satunya adalah cagar budaya Istana Siak. Istana Siak Sri Indrapura merupakan kediaman resmi Sultan Siak yang mulai dibangun pada tahun 1889, yaitu pada masa pemerintahan Sultan Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin (1889-1908). Dibangun oleh seorang arsitek Jerman yang bernama Van de Morte dengan gaya campuran arsitektur kolonial dan Timur Tengah. 

Istana ini berbentuk segi empat bersilang dengan konstruksi dua lantai, yang mengadopsi arsitek Eropa dan Arab Melayu. Pada setiap sudut Istana diperkuat dengan struktur tiang berbentuk bulat, pada setiap puncaknya dihiasi dengan patung burung elang. Pintu dan jendela berbentuk kubah dihiasi mozaik kaca dengan desain arab.

Lantai dasar terdiri dari enam ruangan yang merupakan display dari kegiatan kerajaan di masa lalu, yakni tempat menerima tamu kerajaan, diorama ruangan sidang, dan koleksi benda-benda milik kerajaan.


Istana Siak (Tampak Depan)

Diorama Ruang Sidang


Ruang Jamuan













Lantai dua terdiri dari Sembilan ruangan yang dulu berfungsi sebagai tempat peristirahatan Sultan dan tamu-tamu kerajaan ( konon raja sendiri mendiami bangunan di sisi kanan luar Istana, yang sekarang dijadikan sebagai toko cendera mata). Dan untuk display foto-foto dan koleksi benda-benda milik kerajaan.



Related Posts:

  • PERSONAL BRANDING Apa itu Personal Branding? Amazon founder Jeff Bezos mengatakan, “Personal brand is what people say about you when you leave the room". (Personal Brand adalah apa yang orang bicarakan tentang dirimu saat kamu m… Read More
  • "Aktualisasi Diri ala Emak-emak" (Hanya yang mau bahagia boleh baca..!!) “Duuh.. bosen deh, kok kayanya hidupku flat aja. Tiap hari beginiii aja..”, keluh seorang ibu rumah tangga. Ada lagi, “Hadeeh.. capek gue, harus kerja kantor, ngurusin rumah, anak, s… Read More
  • Edisi Sakit Gigi Ada yang pernah sakit gigi?Hmmm.. kalau saya sering bangetdari kecil, itu penyakit langgananpadahal rajin sikat gigi lhoo??Karena sering kambuhsaya suka bikin status di FB tentang sakit gigidengan harapansakitnya bisa ber… Read More
  • Aku : Emak Jelita Tahun ini umur akuh 48.. Uhuuy... emak-emak JELITA khan? Yeaay... JElang LImapuluh TAhun almost setengah abad... Udah tua ya?? ya iyaa lah.. anak-anaknya aja udah pada abegeh bentar lagi punya mantuu deh heheee Umur bol… Read More
  • BOROBUDUR: Butuh Satu Abad Untuk Tampil ke Pentas Dunia Andaikan Sir Thomas Stamford Raffles, di tahun 1814, tidak punya kepedulian terhadap tumpukan batuan yang sudah tertimbun tanah, tentu kita sekarang tak akan punya Warisan Dunia yang bernama Candi Borobudur. Bayangkan, pada… Read More

0 comments: