Jika
pasangan kita mulai berpaling ke lain hati, tentu akan membuat hati menjadi
gundah gulana. Begitu juga yang terjadi pada Kanjeng Ratu Kencana (permaisuri
Sunan Paku Buwana III). Sang Ratu yang selama ini dicintai dan dimanja oleh
raja, merasa dilupakan dan diabaikan oleh sang raja yang telah mempunyai
kekasih baru.
Untuk
mengisi waktu dan menghilangkan kesedihan, ratu pun mulai membatik. Secara
tidak sadar ratu membuat motif berbentuk bintang-bintang di langit yang kelam,
yang selama ini menemaninya dalam kesendirian. Ketekunan ratu dalam membatik
menarik perhatian raja yang kemudian mulai mendekati ratu untuk melihat
pembatikannya. Sejak itu raja selalu memantau perkembangan pembatikan Sang
Ratu, sedikit demi sedikit kasih sayang raja terhadap ratu tumbuh kembali.
Berkat motif ini cinta raja bersemi kembali atau tum-tum kembali, sehingga
motif ini diberi nama Taruntum, sebagai lambang cinta raja yang bersemi
kembali.
Motif ini
sering dinyatakan sebagai simbol cinta yang tulus tanpa syarat,abadi dan
semakin lama terasa semakin subur berkembang (tumaruntum). Karena maknanya
tersebut, kain motif truntum biasanya dipakai oleh orang tua pengantin pada
hari pernikahan. Harapannya adalah agar cinta kasih yang tumaruntum ini akan
menghinggapi kedua mempelai. Kadang dimaknai pula bahwa orang tua berkewajiban
untuk “menuntun” kedua mempelai untuk memasuki kehidupan baru.